Life is Not A Race
Seperti makan, ketika kita sudah diberi jatah, tapi lebih suka melirik milik orang lain yang lebih mewah. Walhasil, makanan itu tak cocok di lidah.
Setiap detik adalah karunia yang harus disyukuri, bukan disbanding-bandingkan. Terpesona dengan dunia yang orang lain punya, sehingga asyik menonton dunia mereka. Asyik memasukinya. Ikut tertawa. Ikut beramai ramai menjalani hidup disana. Kita lupa, asyik berlari tapi tak tahu kemana mau pergi. Apakah lantas ketika orang-orang berpeluh lalu kita harus berpeluh juga? Sehingga itu namanya berusaha?
Set your goal. Sehingga ketika kamu tahu tujuanmu, kamu tahu jalanmu. Di jalan itu kamu rehat, berlari, melompat, terperosok, kedinginan, kelaparan, jatuh, bangkit, jatuh lagi, bangkit lagi. Maka ketika orang-orang hampir sampai garis finish, tak apa. Jalan kita tak pernah sama. Biarlah jalanmu pelan terengah, padahal orang-orang sudah berlari. Karena barangkali duri yang kamu temui lebih tajam darinya. Tanggul-tanggul yang merintangi, lebih banyak menghalangi disbanding di jalannya, di jalanmu, kamu tahu persis bagaimana susahnya bertahan sampai hari ini.
Karena hidup ini lomba dengan yang lainnya. Bagaimana mungkin bersaing dengan level yang berbeda?
Dengan kesadaran penuh akan kemana lelah-lelah bermuara. Bangkit dan bergeraklah. Maju dan melangkah. Segbagai kamu yang diberi amanah oleh doa-doa lirih yang mengguncang pijakan para malaikat di langit duni. Dari mereka yang selalu hadir di tiap ruas perjalana. Memeluk dengan doa, dengan cinta.
“Di hutan kutemukan dua cabng jalan terbentang
Ambil yang jarang dilalui orang
Dan itulah awal mula dari segala perbedaan”
(Robert Frost, The Road Not Taken)
Sarma R/JOUO
image: freepik.com
Posting Komentar