Peradaban Barat dengan sains dan teknologi
yang ditemukannya terus membangun eksistensi superioritasnya dan menjadi kiblat serta tolak uku rbangsa-bangsa
lain di dunia. Sementara muslim,
sekarang baru mampu berusaha untuk mengimitasinya.
Sains Barat didasarkan atas tiga unsur pembangun yaitu,
ontologi, estimologi dan aksiologi, yang mana dasar tersebut diletakkan pada pandangan
universal, bahwa manusia adalah penakluk dan penguasa alam. Mereka berpendapat bahwa alam dan manusia berjarak,
sehingga melahirkan dorongan keinginan untuk mengeksploitasi dan mengekspansi semesta.
Dahulu, ilmu pengetahuan
Barat amat dibatasi oleh kebijakan gereja
yang mana menjadi penghambat bagi berkembangnya ilmu itu sendiri.
Para ilmuwan di zamannya enggan untuk meneruskan penelitian dan mempublikasikan penemuannya dikarenakan beratnya konsekuensi
yang akan ditanggung jika hasil penelitiannya bertolak belakang dengan ketentuan gereja.
Misalnya, permasalahan teori heliosentris
yang mengorbankan Copernicus dan penasihatnya, Galileo menjalani inkuisi lantaran teorinya bertentangan dengan keyakinan gereja Katolik.
Jatuhnya Konstantinopel ke tangan
Muslim, merubah pusat ilmu pengetahuan ke
Asia dan Afrika,
dengan Baghdad
sebagai pusatnya.
Bangsa Eropa mengalami
masa kegelapan (Dark Ages) sehingga menuntut para
ilmuwannya bergerak melawan masa
kegelapan dan menggeluti cahaya ilmu pengetahuan,
hingga Renaisains
benar-benar menyibak doktrinisasi ajaran Katolik
Roma untuk menumbuh-kembangkan sains.
Ilmu pengetahuan telah bebas diekspansi dan didemonstrasikan.
Namun, sesuatu yang terlalu bebas akan terus berkelana tanpa mengenal batas. Kebebasan dalam berfikir mampu mengubah kepercayaan seseorang menjadi ateis karena kemampuan
visual manusia yang menjadi dasar sains Barat
terbatas untuk menyibak masalah ketuhanan. Dahulu
orang- orang percaya bahwa matahari dan bulan dijalankan oleh Tuhan,
namun tidak setelah
Newton mengemukakan penemuannya.
Orang- orang berpendapat bahwa mereka bergerak karena gravitasi,
dan menyimpulkan bahwa alam bekerja tanpa bantuan Tuhan.
Ilmu adalah cahaya
yang dapat menunjukan jalan pada manusia untuk mengemban amanah sebagai khalifah
di bumi Allah. Tidak hanya untuk mempelajar iapa-apa saja
yang ada di dalamnya, namun juga semesta
yang menjadi wadahnya.
Kita yang harus mempergunakan ilmu tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip
Islam.
Dunia
Islam timur dan barat telah melahirkan filsuf-
filsuf terbaiknya,
seperti Al Kindi, Ibnu Sina,
Ibnu Rusyd,
Ibnu Khaldun dll.
Mereka berada pada satu jalur falsafah
yang mempunyai sendi-sendi metafisis dan pastinya berkaitan dengan sesuatu
yang gaib (ketuhanan). Merekalah filsuf angkatan awal
yang berhasil mengislamisasikan sains.
Mereka mempergunakan eksperimen dan logika, sama seperti ilmuwan-ilmuwan Barat yang bertitah bahwa hanya pengalaman realitas oleh indrawilah
yang bisa menunjukkan bukti kebenaran.
Namun, lain halnya dengan
para ilmuwan muslim mereka mengutamakan hati
yang mempersatukan akal,naluri, dan mendasarkan ilmunya pada iman dengan Alquran sebagai pengembalian jalur falsafah.
Mereka lebih mendasarkan pada unsur ketuhanan sebagai
unsur
yang paling penting. Takkan ada "sesuatu" tanpa adanya pencipta.
Oleh : Egi Mina Sari Putri (Pemenang lomba opini pi Supernovfest)
Posting Komentar